Jumat, 18 November 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR DENGAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT


KATA PENGANTAR


Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas IT yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR DENGAN KERUSAKAN INTERGRITAS KULIT”. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat tugas IT.
                        Penulis menyadari dalam menyusun Tugas ini  banyak memperoleh bimbingan, asuhan serta dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.    Agus Wiwit Suwanto S.Kep Ners. , selaku pembimbing dosen mata kuliah IT Akper Pemkab. yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tugas  ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

                                                                        Ponorogo,  10 Agustus 2016

                                               
                                                                        LARAS INDRIYANI
                                                                                        NIM. 201501110





DAFTAR ISI













DAFTAR TABEL




BAB 2                                                                                                                  TINJAUAN TEORI

2.1    Definisi Luka Bakar atau Combustio

Menurut Singh VP, Sharma B.R., Harish D, Vij K, 2007 Luka bakar suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan atau trauma yang dapat dibedakan menjadi trauma mekanik, trauma fisik serta trauma kimiawi(Ratna & Dewi, 2012)
Sedangkan menurut Betz dan Sowden luka bakar adalah rusaknya jaringan yang di akibatkan oleh adanya kontak tubuh dengan bahan kiwiawi, agen normal, maupun listik insiden yang paling sering terjadi atau paling sering menjadi penyebab adalah agen termal di dapur (Aliefia Ditha Kusumawardhani, Umi Kalsum, 2015).
  Menurut Moenejat Luka bakar juga dapat diartikan sebagai trauma yang berdampak berat terhadap fisik maupun psikologi, dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan mortalitas dan mordibitas yang tinggi(Lucia Anik Purwaningsih, 2016)
 Luka bakar juga sering diartikan sebagai kondisi atau keadaan terjadinya luka akibat terbakar yang bisa disebabkan oleh panas yang tinggi, senyawa kimia, listrikpemajanan berlebihan oleh sinar matahari. Selain itu juga bisa dikarenakan uap atau cairan panas serta cedera lepuh. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit atau hanya merusak sebagian epitel kulit, biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif (Hidayat,2008 ;Grace & Borley,2006(Ardhina Mahadica Nugroho, 2015)).
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat luka bakarnya, dan harus objektif. Patokan yang masih dipakai dan diterima luas adalah mengikuti Rulles of Nines dari Wallace. Luka Bakar yang terjadi pada daerah muka dan leher lebih berbahaya daripada luka bakar ditungkai(Sjamsuhidajat, R., de Jong.; 2004.(Ratna & Dewi, 2012)).
 Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat 1,2,3,dan 4.
1.      Pada luka bakar derajat 1, kerusakannya hanya terjadi dipermukaan kulit. Kulit tampak akan kemerahan, tidak ada bulla, sedikit odem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut setelah sembuh
2.      Pada luka bakar derajat 2 mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis pada kulit aka nada bulla, sedikit odem,dan nyeri berat.
3.      Pada luka bakar derajat 3 kerusakan terjadi pada semua jaringan kulit dan terjadi nekrosis, lesi tampak putih dan kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh.
4.      Pada luka bakar derajat 4  kulit tampak hitam seperti arang karena banyaknya jaringan yang terbakar.
Sedangkan menurut Elizabeth J Corwin berdasarkan kedalamannya luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu derajat I, derajat II, dan derajat III. Kerusakan luka bakar derajat II meliputi epidermis dan dermis.3 Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar derajat II dangkal / IIA dan II dalam / IIB. Luka bakar derajat IIA memerlukan balutan khusus yang merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel(Wilkins, 2005)

2.2    ETIOLOGI

Menurut Sjamsuhidayat dan De Jong penyebab luka bakar paling sering adalah terbakar api langsung yang dapt dipicu atau diperparah dengan cairan yang mudah terbakar contohnya bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, sehingga menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak-anak luka bakar yang terjadi sebagian besar (60%) disebabkan oleh air panas yang terjadi akibat kecelakaan rumah tangga dan umumnya merupakan lka bakar superficial tetapi dapat juga mengenai seluruh kulit (Ardhina Mahadica Nugroho, 2015)

2.3    Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusuia, jika kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitassnya meningkat. Terjadilah kebocoran caiarn intrakapilar ke interstitial sehingga terjadi edema dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan sehingga dapat menyebabkan berkurangnya cairan intavaskuler, pada luka bakar yang luasnya krang dari 20%. mekanisme kompesensi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar lebih dari 20 %, dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine berkurang. Pembekakan terjadi perlahan, maksimal setelah delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Setelah 12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyererapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya dieresis (Sjamsuhidayat dan De jong 2010(Ardhina Mahadica Nugroho, 2015) .
 Moefta Monoejat  luka bakar di bagi menjadi fase akut, fase subkutan dan fase lanjut. Pada fase akut terajadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit.Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi fase akut, fase subakut dan fase lanjut. Pada fase akut terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik yang dapat mengakibatkan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovelemik. Fase sub akut berlangsung setelah syok berakhir yang ditandai dengan keadaan hipermetabolisme infeksi hingga inflamasi, sepsis dan serta inflamasi dalam bentuk SIRS (System Inflamatory Respon Syndrome) . Luka terbuka akibat kerusakan jaringan menimbulkan inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas atau elergi(Martina & Wardhana, 2013)

2.4    Menifestasi Klinis

Tanda gejala dari luka bakar dapat dilihat dari derajat luka bakar itu sendiri, menurut Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E

1.      Pada luka bakar derajat 1, kerusakannya hanya terjadi dipermukaan kulit. Kulit tampak akan kemerahan, tidak ada bulla, sedikit odem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut setelah sembuh
2.      Pada luka bakar derajat 2 mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis pada kulit aka nada bulla, sedikit odem,dan nyeri berat.
3.      Pada luka bakar derajat 3 kerusakan terjadi pada semua jaringan kulit dan terjadi nekrosis, lesi tampak putih dan kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh.
4.      Pada luka bakar derajat 4  kulit tampak hitam seperti arang karena banyaknya jaringan yang terbakar.(Ratna & Dewi, 2012)

2.5    Komplikasi Dari Luka Bakar

Pada luka bakar kurang dari 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih dapat mengatasinya. Luka bakar lebih dari 20% dapat menimbulkan syok hipovelemik dengan gejala yang khas . Luka bakar termal pada ruang tertutup dapat menyebabkan trauma inhalasi dengan penemuan sputum berwarna gelap akibat jelaga, luka bakar pada wajah, alis dan bulu hidung yang terbakar, edema orofaring, perubahan suara serak, perubahan kesadaran, dans stridor. Pada luka bakar terjadi peningkatan katabolisme hal tersutlah yang mengakibatkan pasien luka bakar menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Terjadi hiperpireksi persisten, takikardia, hiperventilasi, dan hiperglikemi (Puteri AM, Sukasah CL, 2009).
Menurut Sjamsuhidajat, R Pada penderita luka bakar akan terjadi penurunan fungsi imun dan dapat terjadi bakterimia,syok septic serta kematian. Pada luka bakar dapat pula ditemukan paralitik, stress atau beban faal dapat mengakibatkan tukak mukosa lambung atau duodenum dengan gejala sama seperti tukak peptic yang disebut dengan tukak curling dan dapat menyebabkan hematemesis atau melena.

2.6    Penatalaksanaan Pada Luka Bakar

1.      Penanganan awal
Upaya pertama yang perlu dilakukan adalah mematikan api pada tubuh menurut Sjamsuhidajat dan De Jong misalnya dengan menyelimutu atau menup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Kontak dngan bahan panas juga cepat diakhiri dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Pertolongan pertama setelah sumber panas hilang adalah merendam daerah luka dala air atau menyiram dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit, pasien juga dapat diselimuti dengan kain yang hangat dan kering hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipotermi (Ardhina Mahadica Nugroho, 2015).
Setelah menghentikan proses luka bakar dilakukan pemeriksaan primary survey yaitu airway, breathing, circulation, disability, dan explore. pAada airway jika dicurigai terjadi trauma inhalasi segera dilakukan pemberiaan oksigen terutama untuk menjamin jalannya napas. Managemen circulation dilakukan dengan resusitasi cairan dengan kristaloid. Managemen disability untuk memeriksa kesadaran pasien dan expore untuk mancari apakah ada trauma lain
2.      Perawatan Luka bakar
 Perawatan Luka Bakar salah satu tatalaksana yang perlu diperhatikan dalam penanganan luka  karena tidak jarang luka yang tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Banyak kontroversi dalam pemakain obat-obatan topical tetapi yang paling penting adalah obat topical tersebut harus membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa nyeri, bisa menembus eskar, dan mempercepat epitelisasi. Beberapa jenis obat yang danjurkan adalah golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Selain itu krim gentamisi juga bisa di berikan karean seringnya infeksi akibat kuman gram positif pada luka.Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.Penutupan luka terbagi atas metode penutupan secara kering dan lebab. Penutup secara lembab merupakan atas metode penutupan secara kering dan lembab. Penutup secara lembab merupakan penutupan luka yang bersifat permeable bagi oksigen dan uap air serta bersifat oklusif terhadap bakteri dan air. Penutupan secara lembab menciptakan sekitar luka yang mengandung banyak uap air sehingga penyembuhan luka akan lebih cepat. Penutup luka yang dapat mempertahankan kelembapan akan mempertahankan sel makrofag tetap hidup.
                        Selain melalui hal hal di atas proses penyembuhan luka bakar juga dapat dilakukan menggunakan saleb kitosan .Menurut penelitian dalam jurnal  Efektifitas Salep Kitosan terhadap Penyembuhan Luka Bakar Kimia Pada Rattus norvegicus oleh Fitri Rizky Putri 2012 saleb kitosan dapat mempercepat penyembuhan luka bakar berikut adalah hasil dari penelitian.
Hasil Penampakan jaringan kulit yang sudah sembuh di tiap kelompok dengan pengecatan HE adalah seperti gambar 1. Gambar tersebut digunakan untuk menghitung rata-rata jumlah fibroblast.



Table 1Rata-rata Jumlah Fibroblas pada Luka Bakar Kimia.
Kelompok perlakuan
Rata-rata jumlah fibroblas
Kontrol Negatif ( tanpa perlakuan0
58,93 ± 4.83 sel a

Kontrol Negatif (vaselin)
62,47 ± 4.85 sel c

Kontrol Positif ( bioplacenton)
®) 57,93 ± 4.89 sel a

Saleb Kitosan
 1,25 % 52,63 ± 7.00 sel b

Salep Kitosan
 2,5 % 52,57 ± 6.80 sel b
Salep Kitosan
5 % 49,80 ± 6.01 sel b

Ket : angka yang memiliki huruf yang berbeda memiliki perbedaan yang signifikan

        
            A                                 B                           C

Hasil penampakan jaringan kulit yang sudah sembuh di tiap kelompok dengan pengecetan HE adalah pada gambar 1. Gambar tersebut digunakan untuk menghitung rata-rata jumlah fibrosa. Dari penelitian tadi dapat disimpulkan bahwa kitosan berpengaruh pada ketebalan epitel dengan dosis terbaik adalah salep kitosan 5% yang memiliki ketebalan epitel paling tipis.(13.31 kurang lebih 4.05) dan dinilai signifikan (p=0,015). Pengaruh pemberian salep kitosan terhadap penyembuhan luka kimia yang paling signifikan berdasarkan parameter jumlah fibrosa adalah kelompok salep kitosan 5% dengan jumlah fibrosa sedikit (49,80 kurang lebih 6.01 ) dan dinilai signifikan (p=0,000)(Putri & Tasminatun, 2012).

2.7    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic pada pasien luka bakar menurut Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care, dapat dilakukan dengan
1.      Menghitung darah lenkap : peningkatan Ht awal menunjukan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan /kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.
2.      SDP: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel paa sisi luka dan respon inflamasi terhadap cedera.
3.      GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada relesasi karbon monosida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompenensasi pernapasan.
4.      Natrium urine rondom : Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasi kelebihan resusitasi cairan:kuran dari 10 mEg/L
5.      Glukosa serum  : Peninggian menunjukan respon stess.
6.      Albumin serum : Rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan protein pada edema cairan
7.      Bun/kretanin : peninggian menunjukan penurunan perfusi /fungsi ginjal : namun kreatinin dapat meningkat karena cedera caringan
8.      Foto ronsen dada : dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan cedera inhalasi ;namun halasi yang sesungguhnya akan saat progresif tanpa foto dada
9.      EKG : Tanda iskemia miokardial /distremia dapat terjadi pada luka bakar listrik  (Rahayuningsih, 2012).

2.8    Konsepa asuhan keperawatan

1.      Pengkajian
·         Aktifitas/istirahat: Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
·         Sirkulasi : Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
·         Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
·      Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
·      Makanan/cairan:
Tanda : oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
·      Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
·      Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
·      Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
·      Keamanan:
Tanda :  Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
2.      Diagnosa yang Muncul
a.Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
b.Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.
c.Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
d.Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.
e.Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
f.Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
g.Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
h.Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
i.Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik(Sediaan et al., 2015)

Table 2 Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan
                          Rencana Keperawatan

Tujuan  dak criteria hasil
Intervensi
Rasional
Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan obstuksi trakheobronkial :odema ,mukosa;kompresi jalan napas
Bersihan jalan napas efektif.
Dengan KH :
1. Bunyi nafas   vesikuler
2. RR dalam batas normal
3. Bebas dispnoe/cyanosis
1.gangguan/menelan; perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
2.Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.

3.Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.
4.Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera
5.Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi
6.Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.
7.Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril.
8.Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara periodik.
9.Selidiki perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental.

 Awasi 24 jam 9.keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan.

 





1. Dugaan cedera inhalasi
2.Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.
3.Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
4.Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.
5.Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher.
7.Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret.
8.Membantu mempertahankan jalan nafas bersih, tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi.
9.Peningkatan sekret/penurunan kemampun untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat

Table 3  Diagnosa Dan Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Rencana asuhan keperawatan
Tujuan dan KH
intervensi
rasional
Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 
Nyeri berkurang dengan KH :
1.Pasien sudah tidak merasakan nyeri
2.raut wajah pasien rileks

1.Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.
2.Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan
3. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri. 


1.Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler.
2.Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
3.Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
4.menghilangkan tekanan pada tulang dependen.dukung adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu

DIAGNOSA
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.
Memumjukkan regenerasi jaringan
Dengan KH :
1.Penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar

1.Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
2.Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
3. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.
5. Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyakidengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.





1.Memberikan informasi dasar tentangkebutuhan penanaman kulit dankemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.
2.Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
3. Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.
4. Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
5.Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.
6.Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.
8.Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.










DAFTAR PUSTAKA


Aliefia Ditha Kusumawardhani, Umi Kalsum, I. S. R. (2015). The Effect of Jasmine Leaf Ethanol Extract ( Jasminum sambac L . Ait ) in Topical to Increase Wound Contraction on Second-Degree A Burns in Rat ( Rattus norvegicus ) Wistar Strain Luka bakar adalah rusaknya jaringan yang diakibatkan adanya kontak tubuh de, 2, 196–206.
Ardhina Mahadica Nugroho. (2015). Digital Repository Universitas Jember.
Lucia Anik Purwaningsih, E. M. R. (2016). 1 , 2 , 2 1, 8(1), 60–76.
Martina, N. R., & Wardhana, A. (2013). Mortality Analysis of Adult Burn Patients, 96–100.
Putri, F. R., & Tasminatun, S. (2012). Efektivitas Salep Kitosan terhadap Penyembuhan Luka Bakar Kimia pada Rattus norvegicus Chitosan Oilment Effect on Chemical Wound Healing in Rattus norvegicus. Efektivitas Salep Kitosan Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Kimia Pada Rattus Norvegicus Chitosan Oilment Effect on Chemical Wound Healing in Rattus Norvegicus, 24–30.
Rahayuningsih, T. (2012). PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO), 08(September), 1–13.
Ratna, Y., & Dewi, S. (2012). Berbasis Klinis Luka Antemortem Dan Burn Injury : General Concepts and Investigation Based on Antemortem and, 1–11.
Sediaan, P., Ekstrak, S., Sirih, D., Fibroblas, J., Kusumawardhani, A. D., Kalsum, U., & Rini, I. S. (2015). Effect of Betel Leaves Extract Oinment ( Piper betle Linn .) on the Number of Fibroblast in IIA Degree Burn Wound on Rat ( Rattus norvegicus ) Wistar Strain Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang disebabkan oleh panas atau terkena radia, 2, 16–28.
Wilkins, L. W. &. (2005). Handbook of Pathophysiology, 659. Retrieved from https://books.google.com/books?id=5_YRGwAACAAJ&pgis=1


1 komentar:

  1. Baccarat | Worrione
    You will find the best Baccarat online gambling site where you can play for 1xbet korean real money worrione from anywhere! Online poker, baccarat, 인카지노 and more.

    BalasHapus